apakah kita sudah merdeka

Yaberarti kalau mereka sudah merdeka, buat apa mengkampanyekan Merdeka Belajar," kata Nadiem dalam telekonferensi Kemendikbud pada Jumat (14/8/2020). "Jadi kalau itu semua sudah terjadi, kita TSI3 Jadi tidak ada masalah kalau kita orang Yahudi atau bukan Yahudi, budak ataupun orang merdeka. Karena kita masing-masing sudah dibaptis secara rohani dalam Roh Allah yang sama, ibaratnya kita sudah minum air murni dari cawan yang sama. Artinya, Roh yang satu itu mempersatukan kita dalam satu tubuh, yakni tubuh Kristus. Jikakita perhatikan, sejak ditetapkannya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, laju perubahan kurikulum melambat dari KBK di tahun 2004, KTSP di tahun 2006, dan yang terakhir adalah Kurikulum 2013 (K-13) di tahun 2013. Kurikulum Merdeka baru akan menjadi kurikulum nasional pada tahun 2024. Negara kita ini kita masih tahan untuk tidak menaikan yang namanya pertalite. Negara lain yang hanya BBM, bensin itu sudah berada di angka 31 ribu, Jerman Singapura sudah 31 ribu, Thailand sudah 20 ribu kita masih 7.650 karena apa? disubsidi oleh APBN," kata Jokowi disambut tepuk tangan dalam acara Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional MimukBambang Irawan’s Blog: APAKAH KITA SUDAH MERDEKA? Merdeka 76 Tahun di Atas Tumpukan Utang Rp6.500 T. Indonesia Belum Merdeka | Republika Online. 71 Tahun HUT RI: Yakinkah Indonesia Sudah Merdeka? - NUSANTARANEWS. tvOneNews - Indonesia sudah merdeka selama 75 tahun. Namun masih banyak PR yang belum selesai di 누누티비 다운로드 방법. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sorak sorai saling bersahutanMengiringi setiap jengkal Yang bergerak maju tiada gentar Menyingsingkan lengan Mengepalkan tangan meninju langit Berteriak lantang Menyerukan kebebasan Wahai bung dan nona sekalian Di tengah sayup-sayup kemerdekaan iniPernahkah terlintas di pikiran kalianBagaimana kemerdekaan yang sejati itu ? 1 2 3 4 5 Lihat Puisi Selengkapnya Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Apakah kita sudah Merdeka? Ya kita sudah Merdeka !!! kata pemuda yang mendengar teks Proklamasi, yang telah dibacakan oleh Bung Karno. Kata-kata “ Merdeka “ sangat tepat pada saat itu, tanggal 17 Agustus 1945, yang terbebas dari belenggu penjajah. Akan tetapi pantaskah kita “Merdeka” di masa sekarang sejak Pasca Kejatuhan Bung Karno akibat Kudeta yang dijalankan oleh Orde Baru dengan Kedok sebagai Penyelamat Bangsa dan sebagai Pemberantas PKI. sedangkan Bung Karno dianggap terlibat. dan juga 11 pemuda sebagai pengikut setia dan semua pemeran utama dari para pemuda yang gagah berani dan berjuang tanpa pamrih dilenyapkan. Ada yang dibuang ada yang ditahan dan sebagainya. Apakah sah pemerintahan yang berasal dari Kudeta dengan menggulingkan Bung Karno sebagai Pemerintahan yang Sah secara Konstitutional ,dan Sah dimata para pemuda yang bersusah-payah, berjuang tanpa pamrih, berkorban dengan jiwa, banjir darah dan sebagainya, dan dimata rakyat Indonesia yang menghendaki kemerdekaan , kehendak rakyat juga kehendak Tuhan yang menghendaki perdamaian, otomatis Sah dimata Tuhan dan diberkahi pada masa pemerintahan Bung Karno. Maka pada saat ini tidak heran Negara kita semakin hancur, karena berasal dari kehendak Kebiadaban dan Kekejaman terhadap Bung Karno dan para pejuang yang dianggap dalang PKI. Ironis sekali, pemerintahan yang berasal dari Kudeta ini justru telah berjalan hingga kini tanpa merasa tidak berdosa. bersenang-senang di atas penderitaan rakyat , justru bersenang-senang di atas jasa dan pengorbanan serta penderitaan dari para pendiri, para pahlawan, dan para pejuang 45, mereka menangis di alam semakin hancur, berapa juta rakyat kelaparan, berapa juta rakyat miskin...makin hancurnya moral bangsa...berapa juta rakyat yang diinjak injak oleh bangsanya sendiri, Mari kita bersama-sama. Kita buka lembaran baru, kita bersama-sama mengembalikan suatu pemerintahan yang sah yang berasal dari para pejuang yang berjuang tanpa pamrih, yang murni dari rakyat tertindas oleh para penjajah dimasa perjuangan dan masa kini. Kita kembalikan kehendak Tuhan yang kita merdeka oleh peranan pemuda. Sekarang kita harus kembali “ back to Basic ” di tempat ini pula perjuangan pemuda berhasil mewujudkan kemerdekaan. Mari kita merenungkan dan mengingat kembali masa perjuangan 45, yang dilakukan oleh 11 Pemuda dari " Laskar Rakyat ". Laskar Rakyat merupakan cikal bakal Tentara Nasional Indonesia. Dari merekalah negara kita lahir secara terhormat, bukan hadiah dari Jepang, bukan hadiah dari Belanda atau tentara sekutu. Mereka berjuang tanpa pamrih, yang ada dibenaknya hanya 2 kata "Merdeka" atau "Mati". Tanpa mereka 11 Pemuda Laskar Rakyat yang mewakili para pemuda yang berjuang dengan gagah berani , mungkin negara kita menjadi negara Boneka bentukan dari Bangsa Kapitalis Zionis. ..mungkin negara kita dijajah kembali oleh Penjajah. Tanpa mereka,.. mungkin kita tidak punya Tentara Nasional Indonesia. Tanpa mereka …mungkin tidak ada MPR , DPR, Pancasila dan UUD 45. dan Karno menyatakan “Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Dari merekalah maka Bung Karno berani tampil memimpin Dunia. Dari merekalah Bung Karno berani memproklamirkan Kemerdekaan yang tidak pernah diketahui oleh generasi pemuda kita di masa kini, sehingga Jiwa Nasionalis generasi bangsa kita tidak terlihat sama sekali, yang pada akhirnya semakin hancurnya negara kita. Sejarah telah membuktikan bahwa peranan para pemuda-pemudi sangat penting dan wajib digaris bawahi dengan tinta emas, sebab ditangan pemudalah negara kita akan kembali menjadi negara yang terhormat dan bermartabat, jika para pemudanya memiliki jiwa nasionalis, cinta tanah air, kebanggaan terhadap para Pendiri NKRI dan para Pejuang 45, dan Api Semangat Revolusi 17 Agustus di tahun 2013, di tempat ini Gedung Juang, kita kembali mengambil " Api Semangat Revolusi 17 Agustus 1945" yang telah padam semenjak Jatuhnya Bung Karno dan tiadanya lagi 11 Pemuda. Marilah kita mengingat kembali Peristiwa Rengas Dengklok yang dipelopori oleh 11 Pemuda dengan “Aksi Revolusi”, yaitu 1. bung . Hanafi2. bung Chaerul Saleh 3. bung Sukarni4. bung ADAM MALIK5. bung Sidik Kertapati6. BUNG PANDU KERTAWIGUNA7. bung Darwis8. bung yUSUF Kunto9. bung Djohar Nur10. bung MARUTO11. bung WikanaPada tanggal 15 Agustus 1945 pasca penjatuhan bom atom yang sangat dahsyat diHiroshima dan Nagasaki yang meratakan ke dua kota industri Jepang itu dengan tanah, Maha Kaisar Hirohito Tenno Heika telah memutuskan Jepang menyerah Tenno Heika berkumandang di medan perang Asia dan Samudra Pasifik, dan oleh karena Tenno Heika adalah pemegang kekuasaan absolut di Jepang yang dipercaya sebagai Anak Matahari, maka balatentara Jepang tunduk kepada perintah penyerahan tanpa syarat penguasa perang di Jakarta melarang Kantor Berita Domei menyiarkan berita penyerahan tersebut, bahwa banyak warga Jakarta terutama para Pemuda Revolusioner telah mendengar desas-desus tentang peristiwa sangat penting tersebut, malah beberapa hari malam di pertengahan Agustus 1945. Sekelompok 11 pemuda mendatangi kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Bung Karno, yang sudah mengetahui kedatangan utusan pemuda ini, segera menemui mereka di beranda rumah. ” Sekarang Bung, sekarang! malam ini juga kita kobarkan revolusi !” kata Chaerul Saleh dengan meyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara Jepang. ” Kita harus segera merebut kekuasaan !” tukas Sukarni berapi-api. ” Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami !” seru mereka bersahutan. Wikana malah berani mengancam Soekarno dengan pernyataan; ” Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari .”Pemuda asal Sumedang, Jawa Barat, itu melangkah dengan sebilah pisau terjulur di tangannya. “Revolusi di tangan kami sekarang dan kami memerintah Bung. Kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini, maka…”“Maka apa?” teriak Bung Karno yang bangkit dari kursinya. “”Ini batang leherku,” katanya setengah berteriak sambil mendekati Wikana. “Seret saya ke pojok itu dan potong malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!” kata Bung Karno dengan setengah kemudian memperingatkan Wikana; "...Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri?Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu?"Namun, para pemuda terus mendesak; "apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu diberikan kepada kita sebagai hadiah, walaupun Jepang sendiri telah menyerah dan telah takluk dalam 'Perang Sucinya'!". "Mengapa bukan rakyat itu sendiri yang memprokla­masikan kemerdekaannya?Mengapa bukan kita yang menyata­kan kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa?". Dengan lirih, setelah amarahnya reda, Soekarno berkata; "...kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu?Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan perempuan dan anak-anak?Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamasikan?Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri". Demikian jawab Bung Karno dengan tenang. Para pemuda, tetap menuntut agar Soekarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun, kedua tokoh itu pun, tetap pada pendiriannya semula. Setelah berulangkali didesak oleh para pemuda, Bung Karno menjawab bahwa ia tidak bisa memutuskannya sendiri, ia harus berunding dengan para tokoh lainnya. Utusan pemuda mempersilahkan Bung Karno untuk berunding. Para tokoh yang hadir pada waktu itu antara lain, Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro. Tidak lama kemudian, Hatta menyampaikan keputusan, bahwa usul para pemuda tidak dapat diterima dengan alasan kurang perhitungan serta kemungkinan timbulnya banyak korban jiwa dan harta. Mendengar penjelasan Hatta, para pemuda nampak tidak puas. Mereka mengambil kesimpulan yang menyimpang; mengamankan Bung Karno dan Bung Hatta dengan maksud menyingkirkan kedua tokoh itu dari pengaruh dinihari, tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta oleh sekelompok pemuda dibawa ke Rengasdengklok. Aksi "Pengamanan" bukan "Penculikan" itu sangat mengecewakan Bung Karno, sebagaimana dikemukakan Lasmidjah Hardi 198460. Bung Karno marah dan kecewa, terutama karena para pemuda tidak mau mendengarkan pertimbangannya yang sehat. Mereka menganggap perbuatannya itu sebagai tindakan patriotik. Namun, melihat keadaan dan situasi yang panas, Bung Karno tidak mempunyai pilihan lain, kecuali mengikuti kehendak para pemuda untuk dibawa ke tempat yang mereka tentukan. Fatmawati istrinya, dan Guntur yang pada waktu itu belum berumur satu tahun, ia ikut itu terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945. Pagi-pagi buta, sekitar pukul WIB, sekelompok 11 pemuda revolusioner membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, Jawa Barat. Di sana Bung Karno, Bung Hatta, dan pemuda merundingkan Proklamasi perundingan sengit di antara Pemuda Revolusioner dengan Soekarno dan Hatta. Soekarno melihat para Pemuda Revolusioner yang gagah, tampan dan air muka mereka yang tidak mengenal takut, dan Soekarno tahu betul bahwa Pemuda Revolusioner ini sangat mencintai berbicara sungguh-sungguh persetujuannya untuk memproklamasikan Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 tetapi Proklamasi dibuat dan diumumkan di Revolusioner mulanya sangsi terhadap janji Soekarno, tetapi Ahmad Subardjo Djojoadisuryo, SH menjamin dengan taruhan kepalanya dipancung bila Proklamasi gagal pada 17 Agustus 1945, maka para Pemuda Revolusioner jam malam berangkatlah Soekarno dan Hatta ke Jakarta dengan pengawalan dari Pemuda Revolusioner dan balatentara Republik Indonesia mantan Peta.Bung Karno menginginkan Proklamasi Kemerdekaan tetap melalui jalur aman, yakni PPKI Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, demi menghindari pertumpahan darah dan jatuhnya korban di kalangan rakyat Indonesia. Sedangkan pemuda menghendaki jalur aksi revolusi, yakni proklamasi kemerdekaan di tengah-tengah massa akhirnya dengan perjalanan cukup menegangkan Proklamasi Kemerdekaan dilakukan tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Bung Karno di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno atas nama Bangsa Indonesia. Bukan oleh PPKI—sesuai dengan keinginan 11 berkat tekanan keras dari Pemuda Revolusioner, sikap ragu-ragu dari Soekarno dan Hatta berhasil dicairkan dan pada malam tanggal 17 Agustus 1945 diselesaikanlah Naskah Proklamasi di rumah Laksamana Maeda di Oranje Nassauboulevard, Jakarta, dan pada 17 Agustus 1945 Proklamasi yang telah ditandatangani Soekarno dan Hatta atas nama Bangsa seluruh Rakyat Indonesia dan diucapkan oleh Soekarno di hadapan Rakyat dan Pemuda Revolusioner, dan terwujudlah Kemerdekaan Bangsa Proklamasi Kemerdekaan ini berlangsung sangat tegang, dramatis, dan dalam tempo kilat. Tanggal 15 Agustus 1945, amanat Tenno Heika tentang penyerahan Jepang ke pihak Sekutu, sebelumnya tanggal 15 Agustus 1945 saat kembalinya Soekarno dan Hatta dari Saigon, disusul tanggal 16 Agustus 1945 saat diculiknya Soekarno dan Hatta oleh Pemuda Revolusioner, dan disusul tanggal 17 Agustus 1945 sungguh proses yang berlangsung kilat dan yang berhasil maksimal. Oleh karena itu betapa vitalnya peran Desa Rengasdengklok dan tanggal 16 Agustus 1945 dalam perjalanan Perjuangan Besar Revolusi Besar Bangsa cemerlangnya perjuangan gagah berani dari para Pemuda Revolusioner Indonesia yang mendorong Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Suatu tekad yang tidak takut mati dan risiko apapun oleh karena para Pemuda Revolusinya sangat tahu kekuatan balatentara Jepang yang haus darah yang menjadi tantangan kemudian Menteng 31 Jakarta adalah tiang utama perjalanan Perjuangan Besar Pemuda Revolusioner, dan karena Proklamasi ditekan dengan sangat keras di Rengasdengklok, maka posisi Rengasdengklok bukan semata tiang Perjuangan Para Pemuda Revolusioner, tetapi tiang utama Revolusi Proklamasi Kemerdekaan terutama setelah Pengakuan Kedaulatan Bangsa Indonesia ternyata yang dibesar-besarkan adalah Jakarta, dalam hal ini Istana Kepresiden Republik Indonesia. Para pemimpin besar Indonesia termasuk Soekarno dan Hatta dengan sadar atau dengan tidak sadar telah sedemikian rupa melupakan dalam upacara kenegaraan, maupun dalam buku sejarah yang beredar, bahwa peran Rengasdengklok terkesan dilecehkan yang berakibat baik Generasi Tua mau pun Generasi Muda Indonesia tidak memahami peran kawasan Rengasdengklok termasuk Cakung, Jakarta Timur, Karawang, dan Purwakarta dalam awal peledakan Revolusi Besar Bangsa melecehkan peran menentukan dari Desa-desa Indonesia serta penyakit elitisme, aristokratisme, serta penyakit membesar-besarkan berlebih-lebihan kehebatan Barat Eropa Barat dan Amerika Serikat ternyata gagal dikendalikan oleh Soekarno dan tersentak pasca terjadinya G 30 S tentang betapa keroposnya persatuan dan Kesatuan Rakyat Indonesia dan betapa mudahnya sesama Rakyat Indonesia gontok-gontokan. Soekarno berteriak Jangan sekali-kali meninggalkan Sejarah! Tetapi sejarah gilang-gemilang Bangsa Indonesia telah sedemikian rupa dilecehkan oleh elit ini berakibat sangat jauh di mana kepribadian Bangsa Indonesia hilang secara sistematis. Bila kepribadian dari satu bangsa hilang, maka ia akan lemah dan mudah dibodoh-bodohi dan dihancurkan oleh pihak yang tidak beruntung bila bangsa dimaksud menjadi kuat, dan pada sisi lain para elit Indonesia menjadi pencoleng, pencopet, dan perampok uang harapan yang kelihatannya sangat sulit diwujudkan oleh pemimpin Bangsa Indonesia saat ini, agar kepribadian Bangsa Indonesia dibangun secara sistematis dengan meninggalkan sikap kebarat-baratan. Kembalilah ke basis dan ke akar kepribadian Bangsa Indonesia yang penuh kegagah-beranian dan rasa percaya diri yang sangat Perjuangan Pemuda Revolusioner, dan seluruh Pejuang, serta Rakyat Indonesia sungguh sulit dicarikan bandingannya. Jangan sekali-kali Meninggalkan Sejarah!Di tempat yang sakral ini, photo-photo para pemuda Laskar Rakyat terpampang di dinding gedung Juang ini,dan benda-benda lainnya sebagai Saksi Bisu . Momentum ini sangat ditunggu-ditunggu oleh mereka yang berada di alam sana yang menghendaki perdamaian yang sah dari Tuhan dengan diwakili oleh rakyat yang menderita secara langsung maupun tidak Hukum Tuhan adalah Hukum yang abadi berlaku sepanjang jaman. Hukum sebab akibat siapa yang menanam baik positip maupun negatip dia akan menuainya cepat atau lambat. Hukum manusia yang disertai oleh kebiadaban dan kekejaman tidak bertahan lama, dan tidak mendapat keberkahan dari Tuhan. MERDEKA !! MERDEKA !!MERDEKA !! Lihat Politik Selengkapnya Sandiaga di Depok. ©2018 Fauziah - Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno mengakui dengan Partai Keadilan Sejahtera PKS merupakan teman lama. Sandiaga mengaku sudah menjalin hubungan sejak tujuh tahun lalu membahas pelbagai hal khususnya ekonomi dengan PKS. "Kalau dengan teman-teman PKS saya sebagai kawan lama yang sudah berjuang tujuh tahun mengajak PKS ikut ke dalam pemikiran ini, bagaimana kita fokus di bidang ekonomi," kata Sandiaga kepada wartawan di gedung Parlemen, Jakarta, Jumat 9/6. Selama berteman, Sandiaga mengungkapkan PKS memiliki beberapa catatan koreksi mengenai pembangunan ekonomi syariah maupun penanganan hukum yang dari 2 halaman Komunikasi Lancar Catatan-catatan dari PKS itu juga menurut Sandiaga termasuk agenda keumatan dan kebangsaan yang dapat dilakukan secara bersama. "Menjalankan Indonesia ini kita tidak bisa terbelah-belah, kita harus bersatu padu karena waktunya sangat sempit, cuma 13-15 tahun ke depan. Bonus demografi ini harus kita pastikan di mana kita menghimpun semua kekuatan bangsa membangun Indonesia," ujar Sandiaga. Sandiaga menambahkan, selama berhubungan tujuh tahun, komunikasi dengan elit PKS seperti Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Al Jufri dan Presiden PKS Akhmad Syaikhu berjalan dengan baik. Sandiaga mengatakan, komunikasi yang dilakukan dengan PKS, selama ini selalu terbuka, tidak ada yang di belakang layar. "Jadi, kita ingin semua sama-sama memikirkan gimana percepatan pembangunan ini bisa kita wujudkan dan gimana diskursus tentang ekonomi dengan pendekatan yang konkret yang ada di lapangan, ini jadi pembahasan utama dari pemilihan capres dan cawapres kita di 2024," pungkasnya. Ikuti perkembangan terkini seputar berita Pemilu 2024 hanya di [gil]Baca jugaSandiaga soal Masuk Radar Cawapres Ganjar Saya Merasa TerhormatSandiaga Akui Sedang 'Dipelonco' PPP Mudah-Mudahan Enggak Jomblo LagiPPP Jamin akan Ada Tempat Terhormat untuk Sandi Jika BergabungPPP Ungkap Alasan Sandiaga Belum BergabungIni Isi Pertemuan Menag Yaqut dengan Ganjar, Sandiaga, dan Erick Thohir Sudah 77 tahun lebih berlalu sejak teks proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan oleh Dwi Tunggal Soekarno-Hatta. Dalam teks proklamasi ditegaskan bahwa mulai saat itu Jum'at tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia menyatakan kemerdekaan dari penjajahan Jepang. Indonesia menyatakan kebebasannya dari pendudukan negara manapun dan seketika membentuk sebuah negara yang berdaulat dengan asas demokrasi dan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Di tahun ini kita akan merayakan kemerdekaan Indonesia yang ke-77 dengan kata lain Indonesia sebagai sebuah negara sudah cukup tua jika dibandingkan dengan negara-negara Asean lain selain Philippina dan Thailand. Pada usianya saat ini, apakah Indonesia sudah mampu mewujudkan cita-citanya yang terkandung dalam pembukaan UUD 45 dan mewujudkan ideologi negara dalam kehidupan sosial masyarakatnya. Iklan Sebagai sebuah negara kita memang sudah berdaulat sejak tahun 1945 namun sebagai bangsa apakah kita sudah sepenuhnya merdeka? Merdeka bisa diartikan sebagai kemandirian atau independen, sudahkah bangsa kita menjadi bangsa yang mandiri? Secara ekonomi, pendidikan, dan teknologi? Atau kita masih bergantun pada bangsa-bangsa yang lebih maju dalam beberapa hal seperti misalnya, teknologi dan industri. Dalam ekonomi, apakah kita sudah merdeka dari Kungkungan negara-negara adidaya? Atau kita masih mengekor demi menjaga kestabilan ekonomi, juga dalam politik, sudahkah kita merdeka secara politik dari pengaruh negara luar? Atau kita masih patuh terhadap satu kekuatan besar. Demikian juga dalam pendidikan, sudah merdeka kah kita dalam bidang pendidikan? Demikian banyak pertanyaan yang mesti kita jawab bersama. Tentunya semua pihak di negara ini telah berupaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa dalam membentuk masyarakat yang cerdas dan mampu berlaku adil sehingga mewujudkan kemakmuran bersama. Namun, untuk mencapai tujuan tidak ada yang tanpa halangan. Seringkali kita temui hambatan-hambatan untuk tujuan tersebut berasal dari dalam diri bangsa kita sendiri. Seperti misalnya tingkah laku oknum pejabat yang masih suka melakukan korupsi, atau yang kerap kali mengeluarkan statement yang bernada provokasi sehingga membuat batasan dan menghadirkan polarisasi di tengah masyarakat. Tentu kita masih ingat, betapa polarisasi begitu terasa pasca Pilpres 2019. Dimana masyarakat kita terpolarisasi menjadi dua kubu pendukung calon presiden. Meskipun kedua putera terbaik bangsa itu kini berada dalam satu kapal yang sama untuk memajukan Indonesia, tetapi pada wilayah akar rumput masih sering kita jumpai perdebatan dan adu mulut yang tak perlu. Di bulan kemerdekaan ini ada baiknya kita melihat sedikit ke masa lalu, tentang bagaimana para pejuang kita bersatu padu untuk menuju dan mendapatkan kemerdekaan yang utuh. Lalu kenapa saat ini seakan kita mau menodai makna kemerdekaan hanya karena selisih paham dan pandangan belaka. Hanya karena berbeda pandangan politik kita menjadi saling bermusuhan dan bertikai? Bukankah kala itu ada berbagai aliran politik di negeri ini, tetapi mereka mau menurunkan ego masing-masing demi meraih kemerdekaan Indonesia. Dalam bidang pendidikan, kita sesungguhnya belum sepenuhnya merdeka, masih banyak masyarakat kita yang tak merasakan nikmatnya belajar karena kurangnya pemerataan infrastruktur dan sumber daya manusia. Secara ekonomi, masyarakat kita cenderung menjadi masyarakat konsumtif yang menjadi target pasar paling menarik, padahal seharusnya kita sudah mampu bersaing menjadi produsen yang memasok produk-produk konsumsi ke pasar global. Kita harus akui bersama, kecintaan kita pada produk-produk lokal masih dibawah kekaguman kita pada produk-produk luar, ambillah contoh publik-publik figur yang merasa bangga karena mengenakan baju-baju bermerk keluaran luar ketimbang buatan asli Indonesia. Mirisnya pejabat kita pun masih banyak yang demikian. Disisi lain, Presiden Jokowi hampir selalu dalam tiap kesempatan mempromosikan produk-produk dalam negeri. Di tengah pasar bebas kita memang harus membekali generasi muda dengan mental dan ilmu yang cukup untuk mampu bersaing di pasar global. Sebab pesaing kita adalah bangsa-bangsa yang lebih maju dalam berbagai hal. Namun bukan berarti kita tak bisa mengimbangi ataupun mengejar ketertinggalan kita. Kita masih punya kesempatan untuk memanfaatkan bonus demografi yang akan terjadi di kisaran tahun 2045-2050 dimana usia produktif lebih banyak dari usia non produktif. Tentu untuk menyiapkan hal itu, negara harus membina generasi muda sedini mungkin. Sehingga pada saat terjadi bonus demografi generasi kita bisa siapa untuk bersaing dengan pasar asing dalam hal produktifitas. Semoga semakin bertambah usia negara kita, semakin matang pula masyarakat kita dalam segala hal sehingga kita tak bisa dengan mudah seperti mainan kanak-kanak hanya untuk tujuan kelompok tertentu. Kita mesti merenungkan kembali sila ketiga "persatuan Indonesia" untuk mewujudkan sila kelima "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Mewujudkan cita-cita bangsa bukan sekedar tugas para pejabat dan pemerintah yang tengah bertugas tetapi itu menjadi tugas kita semua sebagai satu bangsa yang utuh, suatu bangsa yang dinaungi satu landasan yang sama yaitu Pancasila dengan semboyan yang mungkin akhir-akhir ini sering kita lupakan "Bhineka tunggal Ika". Pasawa, Depok, 05 Agustus 2022 Ikuti tulisan menarik Ilham Pasawa lainnya di sini. JawabanSudahPembahasanMerdeka artinya bebas dari penjajah. Indonesia dulu dijajah oleh Belanda dan Jepang. Pada saat itu, Para penjajah ingin mengambil rempah - rempah yang ada di Indonesia, seperti Cengkih, pala, kunyit, jahe, kencur dan masih banyak mereka mengambil rempah - rempah di Indonesia PertamaDi luar negeri, rempah rempah berguna untuk kesehatan tubuh, dan juga menghangatkan tubuh ketika cuaca negeri, jika rempah - rempah ditanam maka ia akan susah tumbuh, bahkan cepat mati saat cuaca menurut pendapat saya, semoga membantu Jawabanbelum,karena apabila dikatakan sudah merdeka adalah suatu negara yang bebas dari kejahatan contoh nya saja masih korupsi apakah itu sudah disebut dengan merdeka? Indonesia merdeka hanya sampul nya saja,,,tetapi dari dalam Indonesia belum lupa follow me;and jadikan jawabanku yng tercerdass

apakah kita sudah merdeka